Cerpen-Mawar Pertama
“Mawar
Pertama”
The Firts Rose |
Sepulang
sekolah, badanku lelah sekali. Ku raih handphoneku
, lalu berbaring di tempat terempuk dan ternyaman yang ku miliki , yaitu tempat
tidurku. Ku mencek medsos, sembari
beristirahat. Inilah yang biasa ku lakukan sepulang sekolah. Mungkin hampir
setiap hari, aku aktif di medsos.
Dari sinilah aku mempunyai banyak teman dan kenalan. Teman medsosku banyak yang satu kota denganku walau dari daerah yang
berbeda.
Ketika
aku on Facebook , aku teringat satu
hal yang membuatku penasaran sejak dua tahun yang lalu. Kebetulan ada teman
medsosku yang satu sekolah dengan orang yang aku maksud. Teguh, nama temanku.
“Hai”
sapaku pada facebooknya yang bernama
Teguh Septianda.
“Juga.
Ada apa Adellya ?,” Jawabnya pada facebookku
yang bernama Adellya Mazaya.
“Oh
iya, boleh tanya ? Kamu kenal Adrian ? Dia satu SMP dengan kamu. Kalo tidak
salah, dia kelas 9 sekarang,”
“Iya
kenal. Dia sekelas sama aku ? Emang kenapa, Del?,”
“Nggak
kenapa-kenapa kok. Boleh tau nama facebooknya
?,” tanyaku semakin penasaran.
“Gimana
ya ? Kamu suka sama dia, Del ?,” tanya
Teguh membuat aku jadi salah tingkah.
“Bukan.
Tapi, teman aku yang pengen tahu sama dia,” aku mencoba menggelak.
“Ooyaudah.
Namanya Adrian Kasyfi”
“Kalo
boleh tahu, orangnya seperti apa ya?,”
“Dia
baik, pintar, ganteng, dan jadi idola di sekolah. Tapi, hati-hati dia orangnya
cuek” Jelas Teguh.
“Secuek
apakah dia ? Aku akan coba mendapatkannya,” kataku dalam hati.
“Oogitu
ya, Guh. Udah dulu ya chat-nya,”
tulisku mengakhiri obrolan.
Sehabis
chat, aku pun makan siang, dan membantu orang tuaku.
Hingga malam
menyingsing, sehabis sholat isya, aku mencoba membuka medsosku kembali.
Kemudian, aku mencari facebooknya Adrian Kasyfi. Setelah searching, ternyata
banyak nama Adrian Kasyfi, akhirnya aku memilih nama pengguna paling atas.
“ Ya Tuhan, inilah
orang yang selama ini membuatku penasaran,” gumamku dalam hati sambil melihat
fotonya.
Dua
tahun yang lalu , aku mencari-cari dia di medsos. Awalya aku dan dia bertemu di
sebuah perlombaan. Dia beda dari yang lain. Waktu itu dia duduk di samping
sekolahku. Waktu dia tampil aku memeperhatikannya dengan seksama. Pernah
terbesit dalam hatiku, kalo dia juga memperhatikanku. Tapi , pikiran itu aku
buang jauh-jauh.
Di
tahun berikutnya aku bertemu dengannya, di sebuah perlombaan. Ketika aku
menemani temanku yang satu ruang pelatihan dengan Adrian, diam-diam aku
memperhatikannya. Senyumnya manis sekali. Dari situ aku mencoba bertanya kepada
temanku siapa namanya, sejak itu aku thu namanya Adrian.
Pada
perlombaan berikutnya, aku bertemu dengan dia lagi. Dia juga ikut lomba menulis
resensi denganku di perpustakaan di kota. Ketika itu aku mempergoki dia sedang
menatapku. Tapi aku coba biasa saja. Barangkali bukan ke aku ia mentap , barang
kali keppada buku-buku yang tersusun rai di perpustakaan itu.
Pada
tahun berikutnya, aku bertemu dia lagi. Ketika salah satu host tv, member
microvone kepadanya, dia menyebutkan namanya Adrian Kafysi. Awalya aku kaget
mendengar suaranya, karena aku piker suaranya akan lembut seperti wajahya,
tetapi malah kebalikannya. Saat itu, ia member komentar tentang jawaban yang
ditulisnya. Ternyata jawaban aku dan dia sama. Jawaban kami salah. Akhirnya aku
gugur. Aku yang tahun lalu meraih piala itu, gugur. Aku menangis, dan langsung
berlari ke luar gedung.
Ternyata
diam-diam Adrian melihatku menagis dari kejauhan. Aku pernah berpikir sat itu,
“Toh kalo jodoh akan ketemu juga, aku tak ingin membahas ini sekarang” kata
Adellya, dalam hati, menatap Adrian dari kejauhan sambil menangis.
Dan sekarang, aku baru bisa mengetahui nama akun
medsosnya. Karena hari sudah larut malam, aku pun memutuskan untuk tidur.
Keesokan
harinya, sepulang sekolah, aku mencek kembali medsosku. Ternyata dia sudah
mengkonfirmasi pertemananku. Aku senang. Kemudian, ku coba membuka akunnya. Aku
sukai kiriman-kiriman yang ada di kronologinya. Setelah on facebook, kemudian
aku makan siang dan membantu ortuku.
Malamnya,
ku coba buka kembali facebookku, ternyata ada satu pesan. Betapa senangnya aku,
dia menginbox dengan menulis “TFL Adelya Mazaya”. Aku pun membalas pesannya
“Iya sama-sama” jawabku. Karena, dia off. Aku pun off medsos, dan berencana
esok hari akan membukanya kembali.
Awal
dari sini, kami mulai sering ngobrol, dan bercerita. Ternyata dia bukan orang
yang cuek dan jutek seperti kata temannya, pikirku. Setelah satu minggu, kami
pun menjadi akrab. Dia sering meneleponku. Ketika itu dia katanya ada rencana
ke daerahku,pergi main-main, dia kan liburan UN.
“Del, kamu ada waktu nggak besok ?”
tanya Adrian lewat telepon.
“Ada, emang ada apa ?”
“Boleh nggak, kalo aku ketemu kamu
?”
“Iya boleh. Emang dimana akan kamu
tunggu aku ?”
“Di mana ya ? Aku juga tidak tahu
tempat-tempat di daerahmu,” kata Adrian.
“Oh ya, kamu tahu pertamina di
daerahku ?”
“Iya, aku tahu.”
“Tunggu saja aku di sana,”
Malam pun semakin senyap, aku pun
mengakhiri percakapan kami di telepon.
Keesokan harinya, ia menunggu ku di
pertamina. Ketika itu jam menunjukkan pukul 14.45. Ketika aku melewati
pertamina, ada seorang laki-laki yang tidak asing oleh mataku, ia tersenyum kepadaku, senyumannya begitu manis,
ternyata dia adalah Adrian. Sudah lama aku tak berjumpa dengannya.
“Hai, kamu Adellya ya ?” sapanya.
“Iya, kamu Adrian kan ?”
“Iya, kita duduk di mana nih ?”
“Ikutin aku,”
Setelah menemukan tempat yang cocok,
kami pun berbincang-bincang. Dia selalu tersenyum padaku saat itu. Membuatku
meleleh, bagai lelehan cokelat. Aku dan dia hanya mengobrol sebentar saja,
dikarenakan temanku ada urusan dengan mamanya. Akhirnya, aku pamit pulan kepada
dia dan teman-temannya.
Malamnya
ia meneleponku, ia membuatku semakin mencintainya. Dia menyanyikan lagu yang
istimewa untukku. Ternyata saking asyiknya menelepon, jam sudah menunjukkan
pukul setengah sebelas malam. Kami pun saling mengucapkan selamat malam.
Besok harinya, sepulang sekolah aku
mencek handphoneku, tidak ada satu pesan pun dari dia. Aku berpikir mungkin ia
sedang sibuk. Malam harinya, ponselku masih kosong tanpa pesan darinya. Aku
mulai khawatir, dia kenapa-kenapa. Lalu, aku mencoba untuk meng-sms dan
meneleponnya. Sms ku tak dibalasnya dan teleponku pun tak diangkatnya.
“Oh, Tuhan. Apa yang terjadi dengan
dia ? Aku takut dia kenapa-kenapa,” desah bathinku.
Seminggu telah berlalu tanpa kabar
darinya, aku lalu bertanya kepada temannya, apa yang terjadi padanya.
“Rom, Adrian baik-baik aja kan ? Dia
kenapa ?,” tanya Adellya pada teman Adrian.
“Aku lihat kemaren sih dia baik.
Kemaren aja aku kumpul-kumpul bareng dia. Aku juga nggak tahu kenapa, tanya aja
langsung ke orangnya,”
“Oogitu. Makasih ya,” tulisku
mengakhiri percakapan di facebook.
“Ya Tuhan, aku sayang dia. Apa dia
tidak sayang aku ya ? Apa aku yang terlalu berharap sama dia. Aku takut dia
lupain aku,” aku pun menangis dan memeluk gulingku.
Tiba-tiba ada pesan masuk di
facebookku, aku pun membacanya. Ternyata dari teman lama seperlombaan denganku,
Petralya Ecca , namanya. Aku biasa memanggilnya Pet.
“Hai, Adellya” tulisnya di pesan
itu.
“Hai juga Pet,”
“Kamu apa kabar ? Udah lama nggak
ketemu nih,”
“Aku
baik, kamu gimana ?”
“Baik juga, ada waktu sekarang
nggak, Del ? Aku sekarang di daerahmu,”
“Wah, beneran ? Adak kok . Oh iya,
kamu ada di mana ? Kamu tunggu aku di sana ya,”
“Aku ada di taman.”
“Oke , tunggu di sana ya,”
Setelah itu aku langsung mandi dan berkemas-kemas.
Aku pun pergi ke taman sendiri, karena tidak begitu jauh dari rumahku.
“Hai, Adel. Di sini” Pet melambaikan
tangan kepadaku.
“Maaf kelamaan ya,”
“Oh gak apa-apa, santai aja kali,
Del”
Aku dan Pet berbincang-bincang
sampai tertawa, padahal hatiku sedang nelangsa karena Adrian. Aku mencoba
memasang wajah bahagia, karena aku tak ingin orang lain merasakan
kenelangsaanku.
“Be my lady, be the one. And good
things will come to our heart. You’re my lady, you’re my one. Give me chance to
show you love,” Suara nyanyian itu seperti ku kenal. Ternyata benar, itu
Adrian.
Tiba-tiba
teman-temannya membuka tulisan yang bertulis,
Adellya Mazaya
Inilah aku
Dengan segala kekuranganku
Yang mempunyai mimpi
Untuk mendapatkan kebahagiian
bersamamu
Do you want to be my girlfriend ?
Kemudian, Adrian memegang bunga
mawar merah.
“Del, maaf ya seminggu kemaren aku
nggak kasih kabar ke kamu. Aku mau surprise. Ini rencana aku sama Pet. Pet itu
sahabat aku. Del, jujur aku udah lama sayang sama kamu, sejak aku kenal kamu
lewat perlombaan yang sama kita ikuti. Sekarang aku baru bisa mewujudkannya.
Del, kamu mau tidak menjadi kekasihku dan mengisi hari-hariku dengan warna
kebahagiaan? Jika kamu mau,kamu ambil mawar ini. Jika tidak, kamu buang mawar
ini,”
“Iya, aku mau,” Aku mengambil mawar darinya.
Adrian pun memelukku. “Makasih, Del.
Aku sayang kamu”.
“Aku juga sayang kamu, Adrian,” Kami
pun berpelukan erat.
“Cie cie selamat ya, yang udah
jadian,” Pet memberikan selamat kepada kami berdua.
Dialah Adrian Kasyfi, mawar
pertamaku, cinta pertamaku.
SELESAI
Semoga cerita di atas dapat menghibur dan menambah pengalaman kita. Semoga berkesan. Terima Kasih.
Komentar
Posting Komentar