CERPEN : Gadis Kenangan
Siapa
yang pernah jatuh cinta ? Pasti pada umumnya setiap manusia pernah jatuh cinta.
Kali ini admin akan mengangkat sebuah kisah yang berasal dari kisah nyata.
Kisah sepasang anak SMA yang memadu kasih. Daripada penasaran mending baca yuk
!
Gadis Kenangan
Di sudut kota, berdiri sebuah
monument yang sangat familiar bagi remaja-remaja di kotaku. Mereka mengunci
janji mereka di sini,lalu menulis sebuah harapan untuk hubungan mereka. Monumen
itu bernama Monumen Kesetiaan. Aku adalah salah satu remaja yang pernah
mengikat janji di sini. Namaku Madhan Rifqi.Masih sekolah, duduk di bangku
kelas 3 SMA. Walaupun masih sekolah, aku sudah menghasilkan uang sendiri, aku
bekerja di salah satu website di google. Gajinya cukup besar bagi anak sekolah
sepertiku.
Monumen Kesetiaan, sebuah monument tempatku
pernah mengikat janji dengan Hidni Zakirah 1 tahun lalu. Ia satu sekolah
denganku, tepatnya ia adalah adik kelasku sendiri. Ia adalah salah satu wanita
idola di sekolahku, perawakan yang tinggi, langsing, kulit putih, dan ada tahi
lalat di atas bibir merahnya yang menambah kesan jelita pada dirinya. Selain
itu, ia juga siswa yang pintar di sekolahku. Memang ia tiada tandingannya
bagiku.
Saat ini aku sangat bersyukur masih
bisa bersamanya.
“Hidni, kita pergi main yuk,”
“Kemana bang ?,”
“Kemana Hidni mau ? Keliling
duniapun abang bawa,”
“Hahah, beneran bang ?,”
“Iya sayang, ada satu tempat yang
pengen abang tunjukin sama Hidni, pokoknya indah banget. Entar malam bang
jemput ya,”
“Oke bang,”
Malam pun tiba, aku pun menjemputnya
ke rumah. Aku memang sudah sangat akrab dengan keluarga Hidni, begitupun Hidni
dengan keluargaku. Aku akan mengajaknya ke suatu tempat istimewa.
“Yuk, kita berangkat. Silahkan masuk
mobilnya nona cantik,” Aku membukakan pintu mobil kepada Hidni. Seperti biasa
ia selalu tampil memukau. Ia memang bisa membuatku selalu melekat padanya.
Setelah sampai di tempat yang ku
maksud, Hidni langsung kaget, dan berkata, “Sayang bagus banget, kamu romantis
banget sih,” Aku sangat senang karena Hidni suka dengan tempatnya. Kami pun
dinner bersama. Hal paling indah yang ku rasakan saat itu.
Karena hari sudah malam aku
memutuskan mengantarkan Hidni pulang. Dan akan bertemu di sekolah esok harinya.
Saat di sekolah Hidni sering
membawakan makanan ke kelasku, entah itu nasi goreng, kue, martabak dan
lain-lain. Ia juga suka memasak. Makanan buatannya sangat enak. Ia sangat tahu
seleraku.
Hari ini aneh, tak seperti biasanya,
Hidni tak mengantarkan makanan ke kelasku. Aku pun menghampirinya ke kelasnya.
Tapi tak ku lihat sosoknya di sana. Teman-temannya pun tidak tahu ia ke
mana.Aku pun mencoba menelepon, tapi tak diangkatnya. Sms dan WA dariku pun tak
dibalasnya. Ia semakin membuatku resah. Sebelumnya ia tak pernah begini.
Jikalau memang ia tidak sekolah, ia kan mengatakannya padaku. Tapi kali ini
lain.
Esok harinya, aku mencoba mendatangi
kelasnya. Aku tak menemukannya di kelas tapi ketika melintasi kantin aku
melihatnya makan berdua dengan Zean, anak lokal sebelah Hidni. Seorang idola
perempuan di SMAku. Aku pun marah dan kecewa.
Seminggu telah berlalu, Hidni
semakin aneh. Aku pun semakin muak. Aku mencoba datangi rumahnya.
“Hidni, kamu kenapa sekarang ,”
“Gak apa-apa, maafin aku ya bang,”
“Kamu duain abang sama Zean ya ?,”
“Gak ada bang,”
“Jujur aja , gak apa-apa ,”
“BILANG aja kenapa,” lanjutku
padanya
“Kok abang ngomongnya kayak gitu ?,”
“Kok abang ngomongnya kayak gitu ?,”
“Abang Cuma mau nanya , Hidni ada
hubungan apa sama Zean ?,”
“Gak ada bang,”
“Oh jadi ngak mau bilang. Yaudah
kita putus ,”
“Maafin Hidni bang , Hidni emang gak
ada hubungan apa-apa sama Zean. Jaga diri baik-baik ya bang, semoga abang dapat
yang lebih baik dari Hidni,”
Entah kenapa aku langsung melotarkan
kata putus kepada Hidni. Seolah-olah ia sangat bersalah padaku saat itu. Dengan
langkah membara aku langsung pulang dari rumahnya. Aku tak tahu apakah ia
menangis apakah bahagia setelah putus denganku. Aku tak tahu menahu.
Keesokan harinya, saat di sekolah,
Zean, mengahampiriku dan langsung memukuliku.
“Apa-apaan sih Kalo jadi junior sopan dong,”
“Jangan mentang-mentang senior gue,
lo bisa seenaknya sama Hidni,”
“Oh jadi lo pacar baru Hidni ?,”
“Lo salah. Gue itu sepupunya Hidni. Lo
jahat ya, Lo bakalan nyesel ninggalin Hidni,”
“Gue ngak bakalan nyesel,”
“Yang harus lo tahu Hidni udah ngak
ada, dia meninggal jam 5 subuh tadi karena serangan jantung. Dan lo ngak tahu
kan kalo Hidni punya riwayat penyakit jantung ?. Sadis lu,”
Langsung jantung berdebar, mulutku
bungkam. Sebenarnya aku masih marah dengan Hidni tapi aku kaget dan bercampur
sedih. Seusai sekolah aku langsung ke rumah Hidni. Bendera kuning terpajang di
depan rumahnya, tenda hitam pun ikut menyertainya. Aku langsung ke ruangan
tempat Hidni di letakkan. Aku langsung menangis sambil memeluk dirinya yang
sudah tiada.
“Nak Madhan, ini ada surat dari
Hidni,” Aku pun mengambil surat yang diberikan ibunya Hidni kepadaku.
My dear, Madhan
Maafin
Hidni bang,
Zean itu
sebenarnya sepupunya Hidni.
Maaf
sebelumnya Hidni ngak kasih tahu.
Maafin
Hidni bang, karena Hidni berubah sama bang
Karena
ingin membuat bang benci sama Hidni.
Supaya bang
bisa lupain Hidni.
Hidni
sebentar lagi akan pergi bang.
Hidni
berharap abang bisa mendapatkan yang lebih baik dari Hidni.
Jaga diri
baik-baik bang.
Hanya itu pesan Hidni bang.
Yang bang
harus tahu, Hidni akan selalu mencintai abang bagaimanapun itu.
Hidni
Itulah pesan terakhir Hidni
kepadaku. Apa hendak dikata nasi sudah menjadi bubur. Hidni telah tiada. Aku
sangat bersalah padanya. Aku menuduhnya yang tidak-tidak. Aku telah menyakiti
hatinya. Aku tidak ingin kehilangannya.
“Secepat inikah kamu pergi Hidni ?
Maafkan aku Hidni. Aku ngak akan pernah bisa benci sama kamu. Kamu harus bangun
Hidni. Ayo kita ulang lagi dengan kisah yang lebih indah. Ayo Hidni,” Aku
memeluknya, dan air mata ku merembah tak terhingga.
“Nak Madhan , ikhlaskan nak. Hidni
sudah tenang,” Mamanya Hidni menenangkan ku.
Tetap saja aku merasa sangat
bersalah kepadanya. Aku sudah kehilangan sesosok bidadari yang selalu
menyemangatiku dan mengisi hari-hariku dengan warna-warna indah. Karena kesalahan
sepele, aku membuatnya menjadi rumit. Aku salah. Aku marah pada diriku sendiri.
Seminggu telah berlalu, hari-hari
kini hampa tanpa Hidni. Tanpa senyuman dan ketawanya. Aku pun memutuskan pergi
ke Monumen Kesetiaan tempat aku dan Hidni pernah mengikat janji di sini.Ku
pegang gembok yang bertuliskan namaku dan Hidni. Seperti Hidni ada di sini,
disampingku. Tetapi itu hanya bayangku saja.
“Itulah kamu Hidni. Gadiku yang
telah tiada. Gadis kenangan. Yang akan selalu ada di hatiku. Aku akan selalu
mencintaimu Hidni sayang. Walaupun kamu telah tiada,”
--Jangan pernah menyia-nyiakan orang yang sayang kepada kita, karena
belum tentu dia akan ada besok untuk kita. Jangan memutuskan masalah dengan
emosi, gunakan pikiranmu dan telaah terlebih dahulu--
Sekian
Komentar
Posting Komentar