Kuliner Sawahlunto
Kuliner Lezat di Sawahlunto
Namun lihatlah kini, Kota Sawahlunto telah berbenah dan mempercantik diri. Pesona nan sempat tenggelam, kini layaknya mutiara nan bersinar. Peninggalan-peninggalan zaman belanda menjadi aset krusial bagi Sawahlunto. Kota nan didirikan oleh Hendrik De Greve sebab temuan hasil tambangnya kini mulai bangkit.
Dahulu, kota ini ialah cadangan emas hitam dalam jumlah besar. Berbagai wahana dan prasarana dibangun buat menunjang ekspor hasil tambang. Pelabuhan, jalur kereta api, gudang ransum, dan pembangkit listrik. Tenaga kerja didatangkan paksa dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebagian dari mereka ialah para narapidana dengan kaki nan dirantai.
Setelah semua wahana dan prasarana jadi, para buruh paksa ini dijadikan buruh tambang. Hayati dan menetap di Sawahlunto hingga anak cucu. Sehingga, tak perlu heran bila Anda menjumpai orang Sawahlunto nan mampu berbahasa Jawa atau bahasa daerah lain.
Pesona Wisata Sawahlunto Setelah semua aktivitas ditinggalkan nan tersisa hanyalah kota sepi nan mati. Di sinilah awal mula kebangkitan Kota Sawahlunto. Suatu semangat nan patut kita beri acungan jempol, di mana masyarakatnya nan multietnis bisa membaur bergotong-groyong membangun kota nan telah merampasnya dari tanah kelahirannya.
Mereka memanfaatkan peninggalan budaya buat dapat menarik wisatawan berkunjung ke sana. Menjadikan peninggalan-peninggalan nan menjadi potret buram mereka berubah menjadi tambang emas. Mereka bergotong-royong membuat kota wisata. Hasilnya bisa kita lihat, bangunan-bangunan bersejarah itu masih tetap berdiri kokoh.
Gedung perkantoran tambang batubara nan dibangun pada 1916 dengan nama Ombilin Meinen masih difungsikan sebagai kantor pertambangan. Berjarak 200 meter dari situ, akan kita temui gedung pusat kebudayaan nan dahulu ialah gedung rendezvous dengan nama “Gluck Auf”.
Sisa-sisa kejayaan itu masih tampak, nan menjadikan kota ini sebagai loka nostalgia turis Belanda buat mengenang masa lalu nenek moyang mereka. Ini menjadi salah satu daya tarik wisata bersejarah.
Selain wisata sejarah, Sawahlunto juga memiliki wisata empat air terjun nan tidak kalah menawan. Keempatnya berada di Desa Rantih, masing-masing bernama Air Terjun Lurah Tibarau, Air Terjun Sungai Bikan, Air Terjun Lurah Lobah, dan Air Terjun Landu. Air terjun ini lokasinya berdekatan satu sama lain
Kurang lebih 90 menit perjalanan dengan jalan kaki, kita akan sampai pada salah satu air terjun tersebut, melewati hamparan areal persawahan nan hijau dan rimbunnya daun-daun. Benar-benar perbedaan makna alam nan eksotik.
Air terjun terdekat nan dapat Anda jangkau ialah Air Terjun Sungai Bikan.
Air terjun nan dibuka pada tahun 1991 ini banyak didatangi wisatawan domestik dan mancanegara. Air terjun ini memiliki muara nan sangat dangkal, hingga kita tak perlu melompat layaknya di kolam renang atau di laut. Bisa-bisa, tulang ekor kita retak semua..
Setelah puas berendam di Air Terjun Sungai Bikan, kita bisa melanjutkan menuju air terjun lainnya. Terbayar sudah kelelahan nan tadi kita rasa dengan menikmati estetika pesona air terjun ini. Berendam dan merasakan seolah tubuh dipijat pada titik-titik refleksi dengan guyuran air terjun.
Ada lagi nan tidak kalah menarik dari wisata sejarah Sawahlunto , yaitu kisah Lubang Tambang Mbah Suro. Lubang tambang nan mencapai ratusan meter dengan ketinggian dua meter ini dahulu digunakan buat mengangkut batubara dari lokasi penambangan ke kota ini. Lubang tambang ini berhubungan dengan gedung pembangkit listrik nan kini dialihfungsikan sebagai masjid. Dahulu, sebelum digunakan kembali, lubang tambang ini dibersihkan terlebih dahulu, diberi blower dan kamera cctv.
Menurut pengakuan Pak Win, waktu lubang tambang ini dibersihkan buat dibuka kembali, Pak Win sang juru kunci dan beberapa orang lainnya banyak menemukan kerangka manusia dan rantai bekas nan digunakan buat merantai para pekerja paksa zaman kolonial Belanda.
Malam setelah menemukan kerangka manusia tersebut, Pak Win dan beberapa orang nan terlibat pada pengerjaan itu bermimpi didatangi orang rantai, yakni para pekerja tambang nan kakinya dirantai. Mereka meminta agar arwah mereka disempurnakan dengan menguburkan tulang-tulang mereka secara layak.
Kuliner Lezat di Sawahlunto Bicara tentang sawahlunto tentu tak akan lepas dari wisata kulinernya. Kota nan dulu terkenal sebagai kota tambang terbesar, kini juga dikenal dengan wisata dan kulinernya nan lezat. Salah satu kota di Provinsi Sumatra Barat ini tak hanya menjadi kota tambang, namun juga kota wisata nan patut diperhitungkan.
Berbagai jenis wisata telah berkembang di sana, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata olahraga, wisata religius, wisata minat khusus, wisata umum, dan tak ketinggalan wisata kulinernya. Bicara tentang wisata kuliner, membuat kita berimajinasi tentang rasa. Terbayang sudah lezatnya kuliner khas Sawahlunto nan takkan kita temui di daerah lain.
Lezatnya dendeng batokok, renyahnya kerupuk tempe khas sawah lunto, dan masakan lain nan mampu membuat lidah kita bergoyang merasakan sensasinya. Belum lagi tradisi makan bersama nan unik, nan diselenggarakan hampir setiap tahun nan dikenal dengan makan bajambanya.
Berbagai aneka menu makanan dari seluruh penjuru Indonesia tersaji di sini. Sekelompok orang berjumlah 5-7 akan duduk dan makan dari dulang nan sama. Tradisi makan bajamba kini telah menjadi salah satu wisata masakan nan dapat Anda nikmati. Tradisi nan dihelat setiap tanggal 1 Desember ini dihadiri oleh semua kalangan, mulai dari pelajar hingga pejabat.
Para peserta akan duduk di tenda nan telah disediakan, dengan menggunakan baju adat daerahnya masing-masing. Sebuah tradisi nan memperlihatkan kebhinekaan nan kini hampir memudar. Seolah melihat sebuah miniatur Indonesia dan kembali pada zaman di mana persatuan, kesatuan, dan toleransi amat dijunjung tinggi.
Selain tradisi makan bajamba, kota ini juga terkenal akan kelezatan dendeng batokoknya. Dendeng nan terbuat dari daging sapi atau kerbau ini memiliki citarasa nan berbeda dengan dendeng pada umumnya. Renyah dan beraroma menggoda. Bentuknya nan tipis dengan paduan antara aroma bumbu dengan proses pembuatan nan tak biasa, membuat dendeng ini berbeda dari nan lain. Pemakaian minyak kelapa nan spesifik didatangkan dari Talawi membuat citarasa dendeng ini semakin lengkap.
Anda mungkin belum pernah merasakan makan nasi dengan siraman minyak dan garam. Cara nan unik ini dilakukan oleh masyarakat Sawahlunto. Mereka menggunakan minyak nan berasal dari kelapa nan sangat tua. Rasanya jangan ditanya, Anda niscaya ketagihan. Minyak nan digunakan disebut minyak batanak. Minyak ini mampu bertahan hingga tahunan tanpa bahan pengawet dengan cara penyimpanan nan benar.
Ada lagi masakan nan tak boleh Anda lewati bila berkunjung ke Sawahlunto, yaitu soto silungkang nan banyak Anda temui di jalur lintas Sumatra- Silungkang. Atau mungkin Anda ingin mengunjungi “Kedai Soto Pami” nan cukup terkenal di Sawahlunto dengan soto parunya nan sangat garing.
Kedai Soto Pami menyediakan berbagai menu soto dan sop nan mampu menggoyang lidah Anda. Kedai nan awalnya hanya berjualan sop ini mengalami kemajuan sejak pemiliknya menambahkan menu soto parunya sebagai salah satu menu andalan. Resep nan diracik dengan tangan pemiliknya sendiri ternyata mampu membuat kedai ini menjadi salah satu tujuan masakan di Sawahlunto.
Tujuan selanjutnya ialah Kedai Sup Win. Kedai nan menawarkan sajian nasi sup win nan cukup terkenal di Pasar Silungkang. Tak ada nan istimewa bila kita melihatnya, hanya sepiring nasi dengan teman semangkuk sop kikil, tulang rawan, dan daging sapi nan dicampur menjadi satu. Namun, aroma nan kuat dari sop tersebut akan mendorong Anda buat mencicipi rasanya.
Ternyata sup win memiliki citarasa nan sangat Indonesia sekali. Aroma rempahnya sangat semerbak dan rasa sop dipadu dengan taburan bawang goreng dan daun bawang begitu sensasional. Kita tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam buat dapat menikmatinya. Cukup dengan Rp 12.000 kita sudah bisa menikmati sup ini. Pastikan Anda tak melewatkan kuliner-kuliner ini jika Anda berkunjung ke Sawahlunto.
Komentar
Posting Komentar